Jumat, 12 Agustus 2011

CT Foundation....The Core episode 2!!! hadir kembali...... ;-)

The Core sambungan.......


Apa yang ia lakukan disini sendiri? Dengan berada dibalik pohon waru besar, aku bersembunyi mengamatinya. Seorang gadis yang duduk santai disebuah dahan rendah pohon besar yang berbatang bengkok, headsfree berwarna putih menggantung indah ditelinganya. Pandangannya kebawah dan begitu fokus, sesekali tangannya yang memegang pulpen bergerak seperti menulis sesuatu. Aku begitu yakin dia seorang siswi dari sekolah ini karena ia mengenakan seragam putih abu-abu.
            “Hai!” sapaku menghampirinya. Ia terkejut melihat kehadiranku yang tiba-tiba tetapi terlihat begitu tenang.
            “Hai,” balasnya, ia memicingkan mata waspada dengan alis bertaut memperhatikan wajahku seolah kehadiranku begitu mengusik ketenangannya. Dan matanya…
            Aku mengulurkan tangan tak peduli ia terganggu atau tidak. Sejenak ia mengernyit lagi dan dengan ragu menjabat tangan kasar lelaki asing didepannya.
            “Viona,” katanya singkat.
            “Egi Prayoga” balasku.
            Viona, nama yang indah. Sejenak diantara kami diam, Vio melanjutkan kembali kegiatannya seolah-olah aku seperti siluet yang lenyap disapu angin dan aku memperhatikan wajah manis yang sidikit dingin itu. Rambutnya hitam sebahu, berwajah oval dengan alis mata hitam tebal bak semut beriringan, dan mata itu… begitu indah, coklat kehitaman, begitu jernih dan bening. Baru kusadari, ternyata ia memegang buku pelajaran berlabelkan Kimia.
            “Vio, kamu suka tempat ini?” tanyaku dan mengusiknya untuk ketiga kalinya.
            “Ya, aku suka. Kamu anak baru dikelas XI-IPA 2 kan?” Tanya Vio balik. Aku kaget ternyata dia mau membalas pertanyaanku.
            “Kok tahu?”
            “Itu kelasku”, jawabnya. Aku mengangguk mengerti, itu artinya dia juga teman sekelasku. Vio memasukkan bukunya, mematikan discman dan menyimpan semua property miliknya itu kedalam tas. Ia mengubah posisi duduk dan mempersilakanku duduk didahan pohon rendah yang sebelumnya tempat kakinya yang dibungkus sepatu berselonjor.
            “Kok bisa kamu nyampai disini?” tanya Vio
            “Mm… gerah dan kelas ribut. So, aku hang out berjalan menuruti kehendak kaki ini kemana ia mau melangkah,” Vio tersenyum simpul.
            “Yang benar aja kehendak kaki? Kehendak hati kali, semua itukan pengkodean saraf motorik kamu yang ditransmisikan ke otak dan outputnya ya kaki kamu itu melangkah ketempat ini,” aku terkekeh geli.
            “Teoritis banget,”
            “Gak juga, emang in fact-nya kan? Bukan sekedar teori atau doktrin belaka, tapi udah dibuktiin oleh para Ilmuan dan Peneliti dengan riset-riset canggihnya yang berteknologi tinggi,” tukas Vio tegas dan tak ingin dibantah. Ia menatapku dengan bola mata indahnya itu. Sedetik aku merasa terhipnotis oleh matanya.
            “Sejak kapan kamu berada disini?” tanyaku mengalihkan ketegangan yang sempat terjadi ke topik semula.
            “Ya… sejak yang lalu untuk hari ini”
            “Maksudnya?” aku menatap Vio bingung.
            “Maksudku, aku baru sejam yang lalu datang ketempat ini untuk hari ini”
            “Kamu udah sering datang ketempat ini?” tanyaku lagi. Vio mengangguk dengan senyum simpulnya yang membuatku menahan nafas.
            “Aku suka datang ketempat ini menghilangkan rasa bosan dan juga kalau gak ada guru dikelas sejak tahun lalu, yah sama seperti kamu, aku datang pertama kali berdasarkan kehendak hati”.
            “Kamu tau tempat ini dari siapa?”
            “Penjaga sekolah. Dulunya tempat ini akan dijadikan tempat rumah kaca oleh sekolah tapi gak jadi beberapa siswa nemuin seorang cewek tergantung kaku ditempat indah ini dan akhirnya rencana sekolah itu gak jadi. Tempat cewek itu gantung diri tepatnya diatas dahan pohon dimana kita duduk sekarang”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates